Kamis, 13 Desember 2007

KEKERASAN TERHADAP ANAK

Mereka putra putri yang rindu diri sendiri, lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari Engkau. Mereka ada padamu, tapi bukan hak kamu. Berikan mereka kasih sayangmu tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu

Itulah sepenggal puisi karya Khalil Gibran, kiranya masih sangat efektif untuk menunjukkan fakta kepada kita tentang kondisi anak-anak sekarang ini. Sebagian kita yang masih mempunyai naluri kemanusiaan barangkaliu langsung terenyuh ketika mendengar ada anak yangmenjadi korban kekerasan orang tuanya. Kekerasan yang mewarnai kehidupan sehari-hari yang mereka alami seperti : dipukul, dijambak, ditendang, diinjak, dicubit, dicakar, ditempel besi panas, dipukul dengan karet timba dan bahkan tidak sedikit yang dibunuh. Bila anak perempuan itu lebih sadis lagi, mereka mengalami kekerasan dan ekspolitasi seksual, diperkosa, dipaksa melakukan oral seks, dijual kepada mucikari, hingga dipaksa menjadi pelacur. Semua peristiwa itu tidak pernah luput dari pemberitaan. Bahkan media belakangan ini dihebohkan dengan maraknya liputan berbagai kekerasan terhadap anak. Dalam berbagai berita dikesankan bahwa seolah-olah tindakan kejahatanseperti itu meningkat drastir akhir-akhir ini.

Hak kepemilikan anak sering disalah artikan oleh orang tua hingga seolah-olah anak adalah harta kepemilikannya, sehingga dia berhak menentukan masa depan anaknya. Hal ini yang mencetus kekerasan terhadap anak. Mereka sebagian percaya bahwa ekonomi yang sulit saat ini menjadi faktor pemicunya. Kemungkinan orang tua bisa saja tidak memilki tempat atau cara untuk melampiaskan masalahnya sehingga anaklah yang menjadi korban. Menghadapi orang tua, si anak jelas tak berdaya. Apalagi selama ini figur orang tua selalu jadi panutan anak.

Faktor lain yang memicu kekerasan terhadap anak yaitu dulu orang tua pernah mengalami hal yang sama tentang pola pengasuhan terhadap dirinya hingga ia mengulangi lagi terhadap anaknya. Disinilah perlu peran pendidik untuk mengatasi masalah ini. Sebaiknya orang tua perlu diberi pemamparan bagaimana cara melampiaskan kemarahan agar diterima lingkungan. Contohnya bisa dengan meluapkan kemarahannya dengan cara menulis atau diberi kata-kata penyejuk hingga tak merugikan anak.

Banyaknya kasus memunculkan kekhawatiran akibat jangka pendek maupun jangka panjang bagi masyarakat. Anak pasti tumbuh dan berkembang selama hidupnya. Masa dewasa individu dituntut untuk mandiri dan bekerja mencari penghasilan. Pengalaman yang terjadi pada individu memberi kontribusi yang besar bagi penyesuaian dirinya. Demikian pula kejadian kekerasan yang pernah menimpa akan memberi warna tersendiri bagi individu dalam bersikap. Beberapa korban memilih karir sebagai konselor atau pekerja sosial yang mengenai korban kekerasan juga. Mereka bermaksud mendampingi korban agar tidak terjerumus kedalam akibat yang lebih buruk. Para konselor itu tidak ingin muncul efek panjang dari kekerasan bahkan ada keinginan untuk menghilangkan kekerasan ini.

Tidak ada komentar: