Kamis, 03 Januari 2008

KERAJINAN PERAK DI KOTAGEDE

Pada hasil penelitian yang ada di Kotagede, saya mendapat informasi dari bapak Purwanto pemilik toko “Yogyakarta 925”. Toko ini dibuka sejak tahun 2000 dan juga dari bapak Iskandar manajer pemasaran toko “HS Silver”, bapak Purwanto sebelum merintis usaha tersebut dia belajar tentang perak dari seorang wanita yang berasal dari Jepang, wanita tersebut memilki usaha jual perak di Negaranya. Ia membeli perak yang ada di Kotagede lalu dijual di Jepang, karena keuntungan yang besar bapak Purwanto mempunyai ide untuk membuka usaha perak

Pusat Kerajinan perak yang terkenal di Yogyakarta yaitu berlokasi di Kotagede. Seorang pengrajin perak sudah lama ada di Kotagede, begitu juga dengan perak atau silver. Perak ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, bahkan sejak itu perak sudah diekspor ke Negara Belanda, akan tetapi pada zaman penjajahan Belanda perak yang dibuat bukan berupa perhiasan melainkan perak yang dibuat berbentuk peralatan rumah tangga seperti : piring, gelas, nampan, dll. Kerajinan perak juga tak luput dari peran VOC yang masuk ke Yogyakarta sekitar abad 16 yang lalu, waktu itu banyak pedagang VOC yang memesan alat-alat rumah tangga dari emas, perak, dan kuningan ke penduduk setempat. Bahan baku yang digunakan untuk membuat perak yaitu logam mulia, bahan baku tersebut banyak terdapat di Lampung dan Kalimantan

Dalam dunia bisnis tidak mengenal adanya persaingan akan tetapi terdapat istilah siapa yang memiliki post yang besar maka harga perak juga semakin tinggi, dengan kata lain siapa yang bermodal tinggi atau besar dialah yang menang

Di Kotagede hubungan masyarakat atau hubungan kekerabatannya baik, walaupun mereka sama-sama memilki usaha perak tetapi mereka tidak merasa bersaing karena masyarakat Kotagede menjunjung tinggi rasa hormat. Dalam lapisan sosial atau tingkat sosial masih mengenal adanya kasta.

Masyarakat pengrajin perak di Kotagede memiliki aturan yang dipegang sampai saat ini, yaitu : “RAS CHINA” Keturunan orang China tidak boleh membuka usaha atau berdagang di Kotagede

Dalam suatu usaha seperti usaha perak memilki dampak positif dan negatif

Dampak Positif :

Ø Dimana ada tempat pengrajin perak disitu dijadikan sentral perak

Ø Bertambahnya lowongan pekerjaan

Ø Dapat mengurangi pengangguran

Dampak negatif :

Ø Dengan adanya pengrajin perak akan dapat menimbulkan konflik antar para pengrajin perak

Ø Dengan adanya kasta, para pemilik perak tidak bisa menyuruh atau memerintah seseorang yang lebih tua

Bisnis kerajinan perak di Kotagede semakin menurun sejak pertengahan tahun 2003, faktor yang mendorong melemahnya usaha perak dikarenakan generasi muda yang menjadi pengrajin perak sedikit, mereka tidak berminat dalam hal kerajinan perak dan banyak yang memilih dibidang lain, mereka banyak yang pergi keluar daerah untuk bekerja disana tidak ingin meneruskan usaha kerajinan perak. Generasi muda tidak tertarik dalam usaha perak karena bahan baku yang mahal dan sulit didapatkan. Faktor lain yang memicu lemahnya usaha kerajinan perak yaitu

Ø Makin berkurangnya kunjungan wisatawan asing yang khawatir dengan situasi keamanan Indonesia

Ø Adanya Monopoli perusahaan

Ø Adanya kebiasaan budaya

Ø Para pengusaha kerajinan perak jarang yang menggunakan manajemen

Ø Belum berkembangnya desain kerajinan

akibatnya omset para pedagang dan pengrajin anjlok hingga 50% melebihi penjualan pada tahun-tahun sebelumnya, para pengrajin perak saat ini juga tidak lagi mengekspor peraknya keluar negeri, mereka hanya memasarkan kekota Jakarta, Bandung dan Bali.

Melemahnya usaha perak juga dirasakan oleh pengrajin perak dai Harto Suharjo Silver (HS Silver), pengiriman perak keluar daerah turun hingga 20% sejak tahun 2002. Menurut manajer pemasaran HS Silver bapak Iskandar, selama ini pembuatan desain perak mengandalkan kreativitas pengrajin perak dan pengusaha, desain yang ditawarkan cenderung monoton dan tidak ada perubahan desain, padahal pasar menghendaki desain yang kontemporer. Desain di HS Silver tidak berkembang karena mempertahankan desain-desain lama, para pengrajin perak kadang mengeluh ketika mengerjakan desain yang baru, HS Silver selama ini cenderung mengandalkan promosi dari pelanggan kepelanggan, sejak tahun 2003 HS Silver mempromosikan produknya ke berbagai instansi, seperti hotel dan tempat wisata dengan demikian pembeli dari wisatawan meningkat kira-kira 20%

Berdasarkan keterangan dari bapak Iskandar dan bapak Purwanto banyak orang yang terlibat langsung dalam mata rantai industri perak di Kotagede, pengrajin perak bukan hanya berasal dari Kotagede tetapi sudah meluas, para pengrajin perak yaitu banyak yang berasal dari Bantul, Kulon Progo, dan Gunung kidul. Banyak yang datang dan bermukim di Kotagede untuk menjadi pengrajin perak

Namun sejak adanya krisis moneter dan adanya bom di Indonesia, industri kerajinan perak kian meredup bahkan saat ini ratusan pengrajin perak sekitar 30% beralih profesi lain, seperti kusir andong, usaha warung, dan kuli bangunan. Orang-orang yang masih menjadi pengrajin perak tidak lagi mengandalkan logam mulia sebagai bahan baku kerajinan, banyak diantaranya yang memanfaatkan tembaga dan kuningan sebagai bahan baku alternatif. Perjalanan historis Kotagede sebagai sentral industri perak memang pernah mengalami kejayaan, namun saat ini kondisinya tengah terpuruk, untuk mengembalikan masa kejayaan sepertinya tidak mudah

Kontribusi dari semua pihak jelas dibutuhkan, persoalannya sampai saat ini belum ada langkah yang konkret untuk menyelamatkan sentral perak tersebut. Pemerintah harus ikut serta dalam meningkatkan usaha Kerajinan perak, Pemerintah seharusnya meninjau langsung ke lokasi kerajinan perak tersebut. Agar Pemerintah tahu permasalahan yang dihadapi masyarakat Kotagede, agar masyarakat juga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pengrajin perak.

Tidak ada komentar: